musik

Panda In Chery Martini

Sabtu, 11 Oktober 2014

Review : B.Indonesia Bab 6



      1.            Tujuan penalaran
Dalam bab ini  di jelaskan hakikat penalaran dalam karangan, menjelaskan fungsi penalaran dalam karangan, jenis-jenis penalaran, dan salah nalar. Hal  tersebut sangat penting dalam  penulisan karangan ilmiah karena karangan ilmiah bersifat makul dan sistematis. Jadi, tujuan bab ini adalah agar para mahasiswa dapat bernalar dengan baik dalam menyusun karya ilmiah yang mereka tulis.

      2.            Pengertian penalaran
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang logis berdasarkan atas evidensi yang relevan. Dengan demikian, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Data atau fakta yang dinalarkan itu boleh benar dan boleh tidak. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan harus dalam bentuk kalimat pernyataan. Penalaran juga dapat diartikan : (1) proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi, (2) pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu kesimpulan berupa pengetahuan atau pengertian baru, (3) proses menganalisa suatu topic sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru.

      3.            Argumentasi
Argumentasi merupakan suatu dasar yang fundamental dalam ilmu pengetahuan. Argumentasi menurut kbbi bearti  alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan;  ber·ar·gu·men·ta·si yaitu  memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat: sistem dan tradisi mahkamah peradilan kita hendaknya banyak memberikan kesempatan. Agrumentasi secara proposisi yaitu pernyataan yang bernilai benar atau salah yang bisa dihubungkan dengan logika. Sedangkan secara iinferensi: yaitu metode penarikan kesimpulan dari beberapa proposisi.

Sebuah tulisan yang terbentuk argumentasi harus mengandung unsure kritis dan logis. Argumentasi selain memerlukan kejelasan, memerlukan keyakinan dengan perantaraan fakta. Fakta yang digunakan harus benar dan berkaitan dengan apa yang dimaksud seorang penulis. Fakta yang masuk harus di klarifikasikan terlebih dahulu. Dengan klarifikasi, maka fakta dapat ditempatkan di dalam suatu sistem tertentu sehingga dapat  ditempatkan di dalam suatu sistem tertentu sehingga dapat dikenali hubungannya secara vertical dan horizontal.

  1. Proses penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam penalaran, ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

  1. Proposisi
Proposisi adalah kalimat yang berisi pernyataan tentanghubungan antara fakta –fakta (subjek dan predikat). Namun proposisi juga dapat diartikan sebagai kalimat pernyataan tentang hubungan antara fakta-fakta yang dapat dinilai benar atau salah. Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat yang berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat digolongkan dalam proposisi. Hanya kalimat berita netral yang dapat disebut proposisi. Proposisi adalah pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.

Jenis-jenis  proposisi
proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
a)      Berdasarkan bentuk
b)      Berdasarkan sifat
c)       berdasarkan kualitas
d)     Berdasarkan kuantitas

berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a.      Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• semua petani harus bekerja keras.
• setiap pemuda adalah calon pemimpin.
b.      Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
• semua petani harus bekerja keras dan hemat.
• paman bernyanyi dan menari.

berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a.      Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
• semua daun pasti berwarna hijau.
b.      Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
contoh proposisi kondisional hipotesis:
• jika harga bbm turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.

berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.      Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
• semua dokter adalah orang pintar.
• sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b.      Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• semua harimau bukanlah singa.
• tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.

berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a.      Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
• semua gajah bukanlah kera.
• tidak seekor gajah pun adalah kera.
b.      Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
• sebagian mahasiswa gemar olahraga.
• tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.



  1. Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan kesimpulan umum. Proses penalaran induktif dibatasi sebagai proses penalaran untuk sampai kepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun khusus berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus. Beberapa bentuk penalaran induktif antara lain:
6.1        generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang bersifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh: jika dipanaskan, besi memuai.
               jika dipanaskan, tembaga memuai.
               jika dipanaskan, emas memuai
               jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
A.            Data itu harus memadai jumlahnya
B.            Data itu harus mewakili keseluruhan
C.            Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.

6.2      analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang bersifat sama.
     contoh: nina adalah lulusan akademi a.
                    nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
                    ali adalah lulusan akademi a.
                    oleh sebab itu, ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi yaitu:
A.     Meramalkan kesamaan
B.    Menyingkapkan kekeliruan
C.     Menyusun klasifikasi.

6.3      hubungan kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah, sebagai berikut:
A.     Sebab – akibat
Akibat dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu.
B.    Akibat- sebab
Akibat- sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan simpulan.
C.   Akibat- akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain.

  1. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip hukum,teori atau keputusan lainnya yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Penalaran deduktif bertolak dari sebuah kesimpulan yang didapat dari satu pernyataan yang umum. Proposisi tempat menarik kesimpulan disebut premis. Penarikan kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.      Menarik kesimpulan secara langsung
            simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
          contoh: semua ikan berdarah dingin. (premis)
                        sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan).



2.      Menarik kesimpulan secara tidak langsung
Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung, antara lain:
            7.1    silogisme
Silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung. Silogisme disebut juga cara berpikir atau menarik kesimpulan dari premis-premis umum dan khusus. Silogisme digolongkan sebagai penyimpulan tak langsung, karena penyimpulan pengetahuan yang baru diambil secara sistematis dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu.
A.      Silogisme kategorial
Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi yang terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi kesimpulan. Premis bersifat umum disebut premis mayor dan bersifat khusus disebut premis minor. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor. Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada term penengah.
 contoh:semua manusia bijaksana.
                       semua polisi adalah manusia.
                       jadi, semua polisi bijaksana.
Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1)   silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu term mayor, term minor dan term simpulan.
2)   silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.
3)  dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan .
4)   bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5)   dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6)   dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)    bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8)   dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negative tidak dapat ditarik satu simpulan.

B.   Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis terdiri atas mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan anteseden, maka simpulannya membenarkan konsekuen begitu juga sebaliknya.
            contoh: jika besii dipanaskan, besi akan memuai.
                           besi dipanaskan.
                           jadi, besi memuai
C.    Silogisme alternatif
Silogisme alternatif terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minor membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya akan menolak alternatif lain.
Contoh: dia adalah seorang kiai atau professor.
               dia seorang kiai
               jadi, dia bukan seorang professor.

7.2      Entimen
Entimen adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena sudah diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh: dia menerima hadiah peertama karena dia telah menang dalam                       sayembara itu.
        8.          Salah nalar
Salah nalar adalah kekeliruan atau kesalahan pada gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh ketidak tepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Salah nalar dapat disebabkan oleh beberapa macam, yaitu:

a)      Deduksi yang salah
Deduksi yang salah terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat.
Contoh: pak ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia   miskin.
b)      Generalisasi terlalu luas
Generalisasi terlalu luas disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasinya tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh: orang makasar pandai berdayung.
c)      Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Dilandasi penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”.
Contoh: engkau harus memilih antara hidup di jakarta dengan serba        
kekurangan dan hidup di kampong dengan menanggung malu.
d)     Penyebab yang salah nalar
Disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.
Contoh:    sejak ia memperhatikan dan membersihkan kuburan para   leluhurnya, dia hamil.
e)      Analogi yang salah
Apabila orang menganologikan sesuatu denagn yang lain dan beranggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi lainnya. Contoh: sumini, seorang alumni universitas indonesia, dapat        menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, tata, seorang alumni universitas indonesia, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

f)       Argumentasi bidik orang
Salah nalar ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: kamu tidak boleh kawin dengan verdo karena orang tua verdo itu bekas penjahat.

g)      Meniru-niru yang sudah ada
Salah nalar ini adalah anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan jika atasan kita melakukan hal itu.
Contoh: peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya karena para undangan yang menghadiriacara pembukaan pun sudah pulang semua.
h)      Penyemarataan para ahli
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan pandangan yang sama dan mengakibatkan kekeliruan mengambil kesimpulan.
Contoh: pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengan saran toto,   seorang ahli di bidang perikanan.
8.1.   kesalahan induktif
Penalaran induktif yaitu, penalaran yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak belakang dari hal-hal khusus ke umum untuk membuat suatu kesimpulan. Dalam penalaran induktif, terdapat beberapa kesalahan yang berupa gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang keliru, karena seseorang tidak mengikuti tata cara berpikir dengan tepat. Kesalahan penalaran induktif bisa terjadi, karena:
a)         Generalisasi atau perampatan terlampau luas, misalnya: orang indonesia pemalas, termasuk kesalahan penalaran induktif, karena tidak semua orang indonesia pemalas.
b)         Analogi yang salah, biasanya digunakan untuk mengembangkan paragraf.
c)         Bersumber pada hubungan sebab akibat yang salah, kesalahan ini sering dijumpai pada wacana iklan.
Selain itu, kesalahan ini juga dapat terjadi dikarenakan penutur tidak cermat dalam mengungkapkan kesejajaran rincian dan kesalahan logika. Serta dapat berupa kesalahan analogi yang dapat terjadi bila dasar analogi induktif yang dipakai tidak merupakan ciri esensial simpulan yang ditarik.

8.2.   Kesalahan deduktif
Penalaran deduktif ialah proses berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum lebih utama dan selanjutnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Pada penalaran deduktif juga terdapat kesalahan yang disebabkan oleh:
a)         Kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi.
b)         Kesalahan karena adanya term keempat.
c)         Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas atau tidak dibatasi, dan
d)        Kesalahan karena adanya 2 premis negatif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar